Sang Nakhoda dan Juru Kompas"
Di sebuah kapal dagang besar, seorang nakhoda kepercayaan pemilik kapal bernama Ravi bertanggung jawab mengelola pelayaran dan keuangan. Kapal ini berlayar di lautan luas dengan tujuan mengembangkan perdagangan di negeri seberang.
Untuk memastikan kapal tetap berada di jalur yang benar dan tidak tersesat, Ravi merekrut seorang juru kompas, yaitu seorang ahli navigasi yang tahu bagaimana membawa kapal ini menghindari badai pajak dan hukum di negeri asing.
Juru Kompas:
"Saya akan membantu memastikan kapal ini tidak melanggar aturan dan tetap berlayar aman menuju tujuan."
Namun, Ravi punya pola pikir berbeda. Ia ingin menghemat biaya sekuat mungkin, tetapi di sisi lain membayar kru kapal (para karyawan) dengan gaji penuh XXX juta per bulan.
Mulai Menekan Sang Juru Kompas
Ketika tiba saatnya membayar jasa juru kompas, Ravi menekan habis-habisan, menawar harga seolah-olah keahlian navigasi itu tidak sepenting kru kapal lainnya.
Ravi (dalam hati):
"Kenapa harus bayar mahal untuk jasa navigasi? Kan kapal ini masih baru, belum banyak rintangan. Aku bisa cari orang lain yang lebih murah kalau perlu."
Namun, juru kompas menolak untuk terus ditekan, dan meminta agar kontraknya direvisi agar hak dan tanggung jawabnya lebih jelas.
Pelanggaran Kesepakatan
Bukannya berdiskusi baik-baik, Ravi beralasan bahwa surat perjanjian (MoU) sudah ditandatangani dan tidak bisa diubah.
Ravi:
"Maaf, tapi kontrak sudah selesai. Kalau tidak cocok, saya cari juru kompas lain. Mudah kok!"
Akhirnya, ia membuang juru kompas lama dan dengan cepat mencari juru kompas baru yang mau dibayar lebih murah, tanpa peduli apakah orang baru itu benar-benar tahu cara bernavigasi dengan baik.
Akibat dari Keserakahan
Ketika kapal mulai memasuki perairan asing, juru kompas baru ternyata tidak memiliki pengalaman yang cukup. Ia hanya memberikan petunjuk seadanya, tanpa benar-benar memahami hukum laut yang berlaku.
Hasilnya?
Di saat itu, Ravi baru sadar bahwa mencari juru kompas yang lebih murah bukanlah solusi, tetapi sebuah kesalahan yang bisa menghancurkan kapalnya sendiri.
Ravi (menyesal):
"Seandainya aku tidak menekan juru kompas lama, mungkin kapalku tidak akan berada dalam masalah ini..."
Pelajaran dari Cerita Ini
Mencari konsultan yang lebih murah bukan berarti lebih baik—bisa jadi malah membawa bisnis ke dalam masalah lebih besar.
Gaji karyawan dibayar penuh, tetapi menekan konsultan yang membantu navigasi bisnis adalah kesalahan strategi yang bisa berakibat fatal.
Jangan mengabaikan revisi kontrak jika memang ada kebutuhan perubahan, karena kesepakatan yang tidak adil hanya akan merugikan kedua belah pihak di masa depan.
Mengganti konsultan tanpa pertimbangan matang bisa membuat perusahaan ‘tersesat’ dalam urusan pajak dan hukum, yang akhirnya merugikan investor sendiri.
Bisnis bukan hanya tentang menghemat uang, tetapi juga tentang membuat keputusan yang bijak agar tidak tersesat di lautan regulasi dan pajak.
Komentar Anda