Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat bahwa realisasi pembiayaan utang hingga Oktober 2023 telah mencapai Rp203,6 triliun, atau 29% dari target yang ditetapkan dalam APBN 2023. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, terjadi kontraksi sebesar 59,9%, di mana pada Oktober tahun lalu, pembiayaan utang mencapai Rp507,3 triliun.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, hal ini mencerminkan pengelolaan utang yang tetap terjaga dengan baik dan hati-hati. Jika dilihat secara rinci, realisasi utang dalam bentuk surat berharga negara (SBN) mencapai Rp185,4 triliun atau 26% dari target, mengalami penurunan sebesar 62,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, realisasi utang dalam bentuk pinjaman mencapai Rp18,2 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 159,7% dibandingkan dengan Oktober 2022 yang mencapai Rp7 triliun.
Sri Mulyani menyatakan bahwa penurunan penarikan utang dalam bentuk SBN merupakan upaya pemerintah untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga dalam beberapa waktu terakhir. Ia menekankan pentingnya pengelolaan yang hati-hati mengingat kondisi "higher for longer" yang mengharuskan kebijakan penerbitan SBN ditentukan secara situasional, agar tidak terpapar oleh suku bunga yang melonjak tinggi dan nilai tukar yang volatil.
Seiring dengan rendahnya realisasi pembiayaan utang, pemerintah juga menurunkan target pembiayaan utang dalam APBN 2023 melalui Peraturan Presiden (Perpres) 75/2023. Dalam perpres tersebut, target pembiayaan utang ditetapkan hanya sebesar Rp421,21 triliun, yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan target awal sebesar Rp696,3 triliun.
Untuk konten edukasi perpajakan lainnya kalian bisa kunjungi link dibawah ini
https://youtube.com/@setianingrahayu2523?si=6zkwXhPGbEBC8tVU
Komentar Anda